Selasa, 22 September 2015

Perihal (Tulisan) Tari, Perempuan Pengolah Rasa


Menulis review atau memberi penilaian terhadap tulisan dari orang yang dikenal adalah hal paling saya hindari selama ini. Sejak dulu. Saya selalu saja bingung memberi penilaian terhadap tulisan yang dibuat oleh orang-orang yang telah lama akrab. Ya, saya rasa sebuah penilaian tak akan pernah objektif. Tentu saya akan sangat mudah menggabungkan antara tulisan mereka dengan penilaian terhadap kehidupan personal mereka. Sangat tidak benar, membaurkan apa yang dituliskan dari isi kepala mereka, dengan kehidupan pribadi sang penulis. Ya, itu sebabnya saya berusaha menghindari.

Hanya karena berlindung di balik alasan itu, maka empat minggu masa tugas penulisan review blog dari Kelas Menulis Kepo terabaikan begitu saja. Oh iya, nanti di tulisan yang lain akan saya ceritakan tentang kelas menulis ini. Akan panjang bilang dijelaskan di sini.

Nah, di minggu yang ke lima di tugas penulisan yang diberi nama Batu Sekam (Baku Tulis Senin Kamis) saya mencoba untuk menantang diri sendiri. Menulis review dari tulisan-tulisan seorang Tari Artika Sari di blognya www.tariartika.wordpress.com.

Benar kata para bijak bestari, bahwa segala kesulitan jangan kau hindari, tapi harus dijalani, anggap saja uji nyali. Maka inilah hasil review untuk seorang Tari Artika, si partner ngopi, ngebun, ngemall, ngetrip, teman menulis, membaca, tjurhat, selfie bergembira dan teman tidur. Dia perempuan yang saya labeli sebagai sahabat, saudara atau sebutan apapun untuk dia sang super hero. Ahhh, mungkin kamu menganggapnya lebay, tapi begitulah dia dan adanya, pahlawan, malaikat tak bersayap. Makin berlebihankah saya?

Tapi demi menuliskan reviewnya, maka berpura-puralah saya tak mengenalnya. Ini untuk bersikap adil terhadap tulisannya. Akan menjadi jahat bila mencampurkan kehidupan personalnya dengan tulisannya. Tidak adil untuk sebuah tulisan. Bukan begitu, Tar? Oh iya, saya berpura-pura tak mengenalnya.

Perempuan Extrovert

Pertama, Tari adalah perempuan extrovert. Itu image atau karakter yang saya tangkap dari tulisannya. Dia dengan gagah berani mampu menuliskan perasaan-perasaanya di dalam blognya. Lihat saja tulisan yang diposting pada Mei 2015 lalu di tulisan berjudul “Dia Bernama Kas”, dengan gentle ia mengakui rasanya untuk seorang lelaki di masa lalunya.

ia berkata ingin datang melihat, tentu saja aku senang, meskipun perasaan kepadanya telah hilang, aku masih sering merindukannya. maka malam itu ia datang menungguiku menari, sesekali mengipasi saat aku istirahat, dan mengantarkan aku pulang.

Tapi dari tulisan yang menjadi postingan kedua di blognya itu, akhirnya saya tahu, kalau kisah cintanya harus berujung tragis. Yahh, saya turut berduka lelaki bernama Kas itu telah pergi meninggalkan Tari untuk bertemu Tuhan lebih dulu.

Nah, setelah membaca semua postingan di blognya, akhirnya tidak sulit menemukan pelbagai kesalahan kepenulisan. Akan saya jabarkan.

Huruf Kapital, Spasi, dan Istilah Asing

Di postingan tentang Bulukumba misalnya. Setelah tanda titik tak ada satupun huruf kapital. Untuk penyebutan nama orangpun, sama sekali tak ada kapital. Herannya, justru di tengah-tengah kalimat malah terselip kata yang dimulai dengan huruf kapital. *Ini kamu kenapa sih, Tar?

Keluarga aidil ternyata udah siapin durian buat kami, saya dan temen2 sampai lupa ada kosa kata namanya sopan santun. Kami makan terlalu semangat Kayak orang yang baru tau kalau ada buah namanya durian. Andthansaya mengakui, durian Bulukumba emang beda banget sama durian2 yang dijual di Makassar, selain Karena gratis durian Bulukumba punya rasa yang khas

            Hal berikutnya adalah pemberian spasi untuk tulisan-tulisannya. Di paragraf yang saya kutip dari tulisannya yang berjudul Yuk Jadi Sahabat Pena, misalnya. Dari kesalahan penulisan kata ulang, istilah asing, spasi dan kembali pemberian huruf kapital bisa ditemui di sana. 

Punya sahabat pena juga sangat dianjurkan untuk anda yang merasa jenuh atau mulai jenuh, kesepian, jomblo dan jobless. Pokoknya gak ada yang salah dengan mencoba sesuatu hal yang baru. Andthan khusus untuk kamu seseorang yang butuh teman cerita suka membaca dan share, dan punya banyak keanehan .. mungkin kita bisa jadi sahabat pena, send me email

Begitupun untuk tulisannya yang diposting sekira tiga bulan lalu berjudul ‘Halo Fobiaers.:D’ 

Fobia itu sebenernya terjadi banyak sebabnya.. bisajadi karena tekanan alam bawah sadar, pengalaman buruk yang pernah terjadi sampai fobia karena keturunan. Kompleks yah… kenapa kali ini bahas fobia, iya tari juga punya fobia yang lumayan ganggu dan butuh di share supaya tidak panik hihihi.

Berikutnya, dia juga sedikit bermasalah untuk pemberian imbuhan pada tulisannya, masih dari postingan yang sama, Halo Fobiaers :D.

komunitas ini pelihara macam-macam hewan termasuk ular macam-macam warna dan ukuran yang sudah jinak tentunya.

Keanehan berikutnya adalah apa maksud dari tanda titik berkali-kali? Sepertinya saya harus bertanya secara khusus dengan titik-titik yang disematkan berkali-kali itu gunaya apa ya, dek?

Dulu sempat scroll-scroll salah satu social media, dan tiba-tiba ada gambar ular dan tiba-tiba hapenya saya banting sambil ngomong *>?<>+^&*$#@tiiiiiiiiiiiiitttttt , juga pernah saya datang ke acara khitanan trus ada cewek tomboy yang jalan dengan ular dilehernya , santai banget guys … Cuma masalahnya dia jalan di depan saya dan tuh ular kepalanya mengahadap ke belakang, sumpah saya hampir pingsan dan nimpuk cewek gak jelas ini. Huhuhu.

Saya Bukan Mahasiswa Linguistik

            Sungguh sayang, tulisan-tulisannya harus terganggu oleh hal teknis seperti yang saya utarakan di atas. Menyebalkan rasanya bila sudah larut dalam tulisan tetapi kemudian mata kita mendapati kesalahan sepeti itu. Sungguh sangat menurunkan selera membaca. Itu catatan penting untuk Tari *buat saya juga sih, bagaimanapun tujuan akhir menulis adalah agar tulisanmu dibaca. Jangan membuat pembacamu terganggu oleh hal teknis seperti itu.

Yap, kesalahan seperti itu memang sangat fatal untuk seorang mahasiswa dari jurusan Sastra Indonesia yang sering dianggap paling khatam untuk urusan linguistik, dari perkara tanda baca, imbuhan pemberian spasi dan penulisan istilah asing. *dear Tari, maafkan saya berkali-kali harus mengungkit salahmu. Ah bukannya di sini, di tulisan ini kita tidak saling mengenal.

“Bedakan sastra dengan bahasa nah! Saya memang di Sastra Indonesia, belajar sastra bukan bahasa,” protesnya bila kesalahannya dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai EYD dan KBBI dikait-kaitkan dengan jurusannya.

“Saya belajar karya sastra Indonesia bukan ilmu perbahasa Indonesia-an,” kesalnya. Ya,  melihat tulisan di blognya ya memang keliatan bedanya. 
Kekurangan yang saya temukan berikutnya adalah penulisan caption untuk foto yang digunakannya. Meski sebuah foto mampu menceritakan tentang dirinya sekalipun, tapi mungkin baiknya perlu menambahkan selarik atau dua larik kalimat keterangan di bawahnya.

 “abi tahu kamu marah, berkesahlah Nay. Kamu berhak untuk itu” Abi masih sibuk dengan jala di tangannya. Suara debur ombak terdengar samar-samar dari kejauhan diselingi suara orang bercakap yang terbawa oleh angin. Aku tiba-tiba merasa jengkel, jengkel bercampur sedih yang jika terus kupikirkan akan membuat mataku panas. Dadaku membuncah, aku setengah berlari masuk ke kamar membenamkan wajah di bantal, menangis.
Paragraf di atas saya ambil dari tulisannya berjudul ‘Jangan Pernah Membenci Umik’. Sepertinya kesalahan seorang Tari adalah dia kurang perhatian sebelum menerbitkan tulisannya di blog. Entahlah dia melakukan proses editing atau tidak, hingga kesalahan-kesalahan seperti itu bisa luput dari perhatiannya. Atau memang ia kurang perhatian, atau labil? Halah.

 “umi jahat, Nay benci umi, Nay menyesal dilahirkan sama umi, menyesal dilahirkan di keluarga ini, Nay ben…”

Lihat saja, dengan jelas ia memberi judul Jangan Pernah Membenci Umik untuk tulisannya, tapi di dalam tulisan ia malah menggunakan kata Umi sebagai kata ganti untuk Ibu.

Penggunaan kata ‘sama’ di atas juga cukup mengganggu. Mungkin karena Tari terlalu asik bertutur, sampai tak sadar ia menggunakan diksi kedaerahan. Kan bisa saja, atau lebih baik kalau ia menggantinya dengan kata ‘oleh’. Ya, menurut saya.

Setelah bertanya lebih lanjut tentang kesalahan-kesalahan ini, dia pun mengakuinya. “Iya, dulu saya sangat tidak peduli dengan pengejaan kata, dan apapun untuk teknis penulisan. Setiap selesai menulis langsung posting tanpa edit,” katanya.

Ah, Tari ini memang terlampau apa adanya. Tidakkah dia  memikirkan image sebagai seorang mahasiswa jurusan Sastra Indonesia? Meski sebenarnya saya hafal betul, selalu saja dia merespon sinis tiap dituntut menguasai ilmu tentang menulis dan berbahasa Indoensia yang baik dan benar.

“Tapi setelah bergabung di kelas menulis Kepo, saya lebih perhatianmi dengan tulisanku,” akunya.

Pengakuannya bisa dibuktikan di postingannya yang berjudul Bolehkah Kembali ke Masa Lalu, yang juga menjadi tulisan perdananya setelah bergabung di KM Kepo. Kita tidak akan lagi mendapati huruf pertama dalam kalimat yang tidak menggunakan kapital.

Tapi, saya sedikit penasaran, mengapa dengan tulisan kampung, di dua tulisannya yakni Mabbaca dan Boleh Kembali ke Masa Lalu, dia menulis kata ‘kampung’ dengan huruf kapital. Mungkin saja itu karena dia sangatt sedang rindu dengan kampungnya saat menulis postingan itu.

Tapi dia mesti perhatian. Lumayan fatal untuk kata ‘yang’ tapi dia tulis dengan ‘yg’ saja dalam kalimat ‘yg ini bukan sms cinnn’.

Masing-masing kelompok memilih kakak dampingnya sendiri, mereka memilih kakak volunteer yang cantik-cantik. Sebelum memulai games, seorang kakak menjelaskan mekanisme games, peraturan, sekaligus memilih perwakilan setiap lomba. Perwakilan yang dipilih di games pertama berbaris rapi di tempat yang disiapkan - (Merdeka Tanpa Rasa Lapar).

Tulisan di atas, yang merupakan review kegiatan perayaan hariKemerdekaan 17 Agustus kemarin oleh Komunitas Berbagi Nasi, tampak Tari sudah jeli untuk mencetak miring kata-kata asing yang digunakan dalam tulisannya. Bagus, nak.

 Imam masjid yang datang duduk di depan baki merapalkan doa sambil memasukkan kemenyan ke dalam dupa yg telah diisi sedikit bara api. Bau kemenyan akan menyeruak ke seisi rumah, sementara pu’ imam akan memegang baki secara bergantian sebagai tanda ia mendoakan makanan tersebut. (Mabbaca, Tradisi Merapal Doa sebelum Ramadan).

Kalau boleh meminta dia harus menuliskan lanjutan dari tulisan tentang Mabbaca tersebut. Ini karena sebagai pembaca, saya merasa belum terpuaskan. Mesti diakui, dia berbakat untuk menuliskan sejarah sbeuah tradisi.

Terakhir, saya ingin memuji ia yang cukup dewasa untuk beberapa tulisannya. Yahh saya jatuh cinta pada (tulisan) nya, Dear Kamu, Wanita yang Sedang Jatuh Cinta. Ahh perempuan ini yang di tulisannya mengaku sedang jatuh cinta. Tapi faktanya, sudahlah tak baik menceritakan kisahmu di dunia nyata di sini. Itu artinya saya berghibah tentang Tari.

Berikutnya, yang saya sukai dari tulisan Tari adalah dia yang berani menulis kisah fiksi. Mengapa berani? Yak arena bagi saya menulis fiksi adalah kamu harus andal untuk memiliki imaji yang fantastis, mengembangkannya kemudian menerjemahkannya ke sebuah tulisan yang apik. Saya belum mampu untuk itu, tapi lain halnya dengan Tari.

Dari dua tulisan fiksinya, ‘Jangan Membenci Umik’ dan ‘Ibu dan Pohon Halaman Belakang’., sama-sama ia menuliskan tentang Ibu. Bahkan sekarang ini dia mengaku sedang menulis sebuah cerpen yang lagi-lagi tentang Ibu, dan masih lagi-lagi berujung tragis. Sama dengan dua cerpennya tentang Ibu sebelumnya. *ini bukan nge-spoilerkan?

Untuk cerpennya, dia bisa membuatmu terhanyut. Tari bahkan berhasil membuat saya tetiba menjadi sentimentil untuk cerpen Umiknya. Dia bertutur mendekati kata sempurna. Berhasil menjebak saya untuk merasakan melankolik, mengingat Ibu. Termasuk untuk cerpennya yag kedua. Entahlah. Tapi untuk cerpen yang kedua ini diakuinya bahwa tulisan ini terinspirasi dari saya. Nah loh?

Oh iya, sejam sebelum memulai mereview blognya, kami sempat mengobrolkan tentang keluarga, Ini tentang orang-orang, siapa saja dia, apapun agama, pendidikan dan latar belakang, bangsa dan budayanya yang tiap berkisah tentang keluarga mereka akan sangat sentimental, semacam menjadi melankolis tiba-tiba.

“Mengapa ya setiap membicarakan keluarga, kita tiba-tiba menjadi melankolis. Apapun itu, bicara tentang mama, bapak, kakak adik, ujung-ujungnya bakalan bikinki mau menangis?,” tanya saya sore itu setelah bercerita tentang mimpi saya semalam yang bertemu Bapak.

“Setiap orang pasti begitu. Itu artinya peran keluarga sangat penting untuk kita. Tidak bisa diingkari. Mungkin karena tanpa keluarga kita bukan siapa-siapa. Kalau nda ada ibu bapak ta, kita siapa?,” katanya. Jawabannya memang selalu menenangkan. Termasuk tulisan-tulisannya. Dia dengan masa lalunya, pengalaman, rasanya, isi kepala dan imajinya, semua bisa ia olah sedemikian rupa. Berhasil melahirkan tulisan-tulisan sederhana tapi bisa menyentuh dan menyisakan rasa hingga ke sudut terdalam di hati mu. Tulisannya yang crunchy bisa  membuatmu  senyum-senyum sendiri. Ataupun untuk beberapa tulisannya yang sentimentil, akan membuatmu mengharu biru sendiri. Dia adalah perempuan pengolah rasa.

Dan untuk tulisannya yang mereview tulisan atau blog orang lain, saya absen. Tak mungkinlah saya menilai tentang penilaian seseorang terhadap nilai-nilai orang lain. *ahh menulis kalimat tentang nilai, menilai, penilaian saja saya beribet.

Tapi untuk review ini, saya terbuka untuk segala kritik, tanggapan. Apapun namanya. Cimiw. Ditunggu. 
Ini saat bersama Tari ngetripsuka-suka bergembira Agustus lalu.





2 komentar:

  1. baru dibacaaaaaaa


    hahahahahahahha
    tengkyu reviewnyaaaaaa ;')

    BalasHapus
  2. HASHTAG OPTION merupakan platform trading Online berbasis di Indonesia.
    Hanya dengan Deposit 50.000 anda bisa bermain trading.
    PILIHAN TRADER #1
    - Tanpa Komisi dan Bebas Biaya Admin.
    - Sistem Edukasi Professional
    - Trading di peralatan apa pun
    - Ada banyak alat analisis
    - Sistem penarikan yang mudah dan dipercaya
    - Transaksi Deposit dan Withdrawal TERCEPAT

    Jika anda bingung mencari broker, anda bisa bergabung bersama kami
    Dengan modal kecil anda bisa berinvestasi dengan keuntungan hingga 80%

    Bersama Hashtag Option trading lebih mudah dan rasakan pengalaman trading yang light.

    Proses deposit via transfer bank lokal yang cepat dan withdrawal dengan metode yang sama
    Bonus Referral 1% dari profit investasi tanpa turnover......

    BalasHapus