Menulis
review atau memberi penilaian terhadap tulisan dari orang yang dikenal adalah
hal paling saya hindari selama ini. Sejak dulu. Saya selalu saja bingung
memberi penilaian terhadap tulisan yang dibuat oleh orang-orang yang telah lama
akrab. Ya, saya rasa sebuah penilaian tak akan pernah objektif. Tentu saya akan
sangat mudah menggabungkan antara tulisan mereka dengan penilaian terhadap
kehidupan personal mereka. Sangat tidak benar, membaurkan apa yang dituliskan
dari isi kepala mereka, dengan kehidupan pribadi sang penulis. Ya, itu sebabnya
saya berusaha menghindari.
Hanya
karena berlindung di balik alasan itu, maka empat minggu masa tugas penulisan
review blog dari Kelas Menulis Kepo terabaikan begitu saja. Oh iya, nanti di tulisan
yang lain akan saya ceritakan tentang kelas menulis ini. Akan panjang bilang dijelaskan
di sini.
Nah,
di minggu yang ke lima di tugas penulisan yang diberi nama Batu Sekam (Baku
Tulis Senin Kamis) saya mencoba untuk menantang diri sendiri. Menulis review
dari tulisan-tulisan seorang Tari Artika Sari di blognya www.tariartika.wordpress.com.
Benar
kata para bijak bestari, bahwa segala kesulitan jangan kau hindari, tapi harus
dijalani, anggap saja uji nyali. Maka inilah hasil review untuk seorang Tari
Artika, si partner ngopi, ngebun, ngemall, ngetrip, teman menulis, membaca, tjurhat, selfie bergembira dan teman tidur. Dia perempuan yang saya labeli sebagai sahabat, saudara atau sebutan apapun
untuk dia sang super hero. Ahhh,
mungkin kamu menganggapnya lebay, tapi begitulah dia dan adanya, pahlawan,
malaikat tak bersayap. Makin berlebihankah saya?
Tapi
demi menuliskan reviewnya, maka berpura-puralah saya tak mengenalnya. Ini untuk
bersikap adil terhadap tulisannya. Akan menjadi jahat bila mencampurkan kehidupan
personalnya dengan tulisannya. Tidak adil untuk sebuah tulisan. Bukan begitu,
Tar? Oh iya, saya berpura-pura tak mengenalnya.
Perempuan Extrovert
Pertama,
Tari adalah perempuan extrovert. Itu
image atau karakter yang saya tangkap dari tulisannya. Dia dengan gagah berani mampu
menuliskan perasaan-perasaanya di dalam blognya. Lihat saja tulisan yang
diposting pada Mei 2015 lalu di tulisan berjudul “Dia Bernama Kas”, dengan gentle ia mengakui rasanya untuk seorang
lelaki di masa lalunya.
ia
berkata ingin datang melihat, tentu saja aku senang, meskipun perasaan
kepadanya telah hilang, aku masih sering merindukannya. maka malam itu ia
datang menungguiku menari, sesekali mengipasi saat aku istirahat, dan
mengantarkan aku pulang.
Tapi dari tulisan yang menjadi postingan kedua di blognya
itu, akhirnya saya tahu, kalau kisah cintanya harus berujung tragis. Yahh,
saya turut berduka lelaki bernama Kas itu telah pergi meninggalkan Tari untuk
bertemu Tuhan lebih dulu.
Nah, setelah membaca semua postingan di blognya, akhirnya
tidak sulit menemukan pelbagai kesalahan kepenulisan. Akan saya jabarkan.
Huruf Kapital, Spasi,
dan Istilah Asing
Di postingan tentang Bulukumba misalnya. Setelah tanda titik
tak ada satupun huruf kapital. Untuk penyebutan nama orangpun, sama sekali tak
ada kapital. Herannya, justru di tengah-tengah kalimat malah terselip kata yang
dimulai dengan huruf kapital. *Ini kamu kenapa sih, Tar?
Keluarga aidil
ternyata udah siapin durian buat kami, saya dan temen2 sampai lupa ada kosa
kata namanya sopan santun. Kami makan terlalu semangat Kayak orang yang baru
tau kalau ada buah namanya durian. Andthansaya mengakui,
durian Bulukumba emang beda banget sama durian2 yang dijual di Makassar, selain
Karena gratis durian Bulukumba punya rasa yang khas
Hal
berikutnya adalah pemberian spasi untuk tulisan-tulisannya. Di paragraf yang
saya kutip dari tulisannya yang berjudul Yuk Jadi Sahabat Pena, misalnya. Dari
kesalahan penulisan kata ulang, istilah asing, spasi dan kembali pemberian
huruf kapital bisa ditemui di sana.
Punya sahabat pena juga sangat dianjurkan untuk anda yang
merasa jenuh atau mulai jenuh, kesepian, jomblo dan jobless. Pokoknya gak ada
yang salah dengan mencoba sesuatu hal yang baru. Andthan khusus untuk kamu
seseorang yang butuh teman cerita suka membaca dan share, dan punya banyak
keanehan .. mungkin kita bisa jadi sahabat pena, send me email
Begitupun untuk tulisannya yang diposting sekira tiga bulan
lalu berjudul ‘Halo Fobiaers.:D’
Fobia itu sebenernya terjadi banyak sebabnya.. bisajadi
karena tekanan alam bawah sadar, pengalaman buruk yang pernah terjadi sampai
fobia karena keturunan. Kompleks yah… kenapa kali ini bahas fobia, iya tari
juga punya fobia yang lumayan ganggu dan butuh di share supaya tidak panik
hihihi.
Berikutnya, dia juga sedikit bermasalah untuk pemberian imbuhan
pada tulisannya, masih dari postingan yang sama, Halo Fobiaers :D.
komunitas ini pelihara macam-macam hewan termasuk ular
macam-macam warna dan ukuran yang sudah jinak tentunya.
Keanehan berikutnya adalah apa maksud dari tanda titik
berkali-kali? Sepertinya saya harus bertanya secara khusus dengan titik-titik yang
disematkan berkali-kali itu gunaya apa ya, dek?
Dulu sempat scroll-scroll salah satu social media, dan
tiba-tiba ada gambar ular dan tiba-tiba hapenya saya banting sambil ngomong
*>?<>+^&*$#@tiiiiiiiiiiiiitttttt , juga pernah saya datang ke
acara khitanan trus ada cewek tomboy
yang jalan dengan ular dilehernya , santai banget guys … Cuma masalahnya dia
jalan di depan saya dan tuh ular kepalanya mengahadap ke belakang, sumpah saya
hampir pingsan dan nimpuk cewek gak jelas ini. Huhuhu.
Saya Bukan Mahasiswa Linguistik
Sungguh
sayang, tulisan-tulisannya harus terganggu oleh hal teknis seperti yang saya utarakan
di atas. Menyebalkan rasanya bila sudah larut dalam tulisan tetapi kemudian
mata kita mendapati kesalahan sepeti itu. Sungguh sangat menurunkan selera
membaca. Itu catatan penting untuk Tari *buat saya juga sih, bagaimanapun
tujuan akhir menulis adalah agar tulisanmu dibaca. Jangan membuat pembacamu
terganggu oleh hal teknis seperti itu.
Yap, kesalahan seperti itu memang sangat fatal untuk seorang mahasiswa
dari jurusan Sastra Indonesia yang sering dianggap paling khatam untuk urusan
linguistik, dari perkara tanda baca, imbuhan pemberian spasi dan penulisan
istilah asing. *dear Tari, maafkan saya berkali-kali harus mengungkit salahmu. Ah
bukannya di sini, di tulisan ini kita tidak saling mengenal.
“Bedakan sastra dengan bahasa nah! Saya memang di Sastra
Indonesia, belajar sastra bukan bahasa,” protesnya bila kesalahannya dalam
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai EYD dan KBBI
dikait-kaitkan dengan jurusannya.
“Saya belajar karya sastra Indonesia bukan ilmu perbahasa
Indonesia-an,” kesalnya. Ya, melihat tulisan di
blognya ya memang keliatan bedanya.
Kekurangan yang saya temukan berikutnya adalah penulisan
caption untuk foto yang digunakannya. Meski sebuah foto mampu menceritakan
tentang dirinya sekalipun, tapi mungkin baiknya perlu menambahkan selarik atau
dua larik kalimat keterangan di bawahnya.
“abi tahu kamu marah, berkesahlah Nay. Kamu
berhak untuk itu” Abi masih sibuk dengan jala di tangannya. Suara debur ombak
terdengar samar-samar dari kejauhan diselingi suara orang bercakap yang terbawa
oleh angin. Aku tiba-tiba merasa jengkel, jengkel bercampur sedih yang jika
terus kupikirkan akan membuat mataku panas. Dadaku membuncah, aku setengah
berlari masuk ke kamar membenamkan wajah di bantal, menangis.
Paragraf
di atas saya ambil dari tulisannya berjudul ‘Jangan Pernah Membenci Umik’.
Sepertinya kesalahan seorang Tari adalah dia kurang perhatian sebelum
menerbitkan tulisannya di blog. Entahlah dia melakukan proses editing atau tidak, hingga
kesalahan-kesalahan seperti itu bisa luput dari perhatiannya. Atau memang ia
kurang perhatian, atau labil? Halah.
“umi jahat, Nay benci
umi, Nay menyesal dilahirkan sama umi, menyesal dilahirkan di keluarga ini, Nay
ben…”
Lihat saja, dengan jelas ia memberi judul Jangan Pernah
Membenci Umik untuk tulisannya, tapi di dalam tulisan ia malah menggunakan kata
Umi sebagai kata ganti untuk Ibu.
Penggunaan kata ‘sama’ di atas juga cukup mengganggu. Mungkin
karena Tari terlalu asik bertutur, sampai tak sadar ia menggunakan diksi
kedaerahan. Kan bisa saja, atau lebih baik kalau ia menggantinya dengan kata
‘oleh’. Ya, menurut saya.
Setelah bertanya lebih lanjut tentang kesalahan-kesalahan
ini, dia pun mengakuinya. “Iya, dulu saya sangat tidak peduli dengan pengejaan
kata, dan apapun untuk teknis penulisan. Setiap selesai menulis langsung
posting tanpa edit,” katanya.
Ah, Tari ini memang terlampau apa adanya. Tidakkah dia memikirkan image sebagai seorang mahasiswa
jurusan Sastra Indonesia? Meski sebenarnya saya hafal betul, selalu saja dia
merespon sinis tiap dituntut menguasai ilmu tentang menulis dan berbahasa Indoensia
yang baik dan benar.
“Tapi setelah bergabung di kelas menulis Kepo, saya lebih
perhatianmi dengan tulisanku,” akunya.
Pengakuannya bisa dibuktikan di postingannya yang berjudul
Bolehkah Kembali ke Masa Lalu, yang juga menjadi tulisan perdananya setelah
bergabung di KM Kepo. Kita tidak akan lagi mendapati huruf pertama dalam kalimat
yang tidak menggunakan kapital.
Tapi, saya sedikit penasaran, mengapa dengan tulisan kampung,
di dua tulisannya yakni Mabbaca dan Boleh Kembali ke Masa Lalu, dia menulis kata
‘kampung’ dengan huruf kapital. Mungkin saja itu karena dia sangatt sedang
rindu dengan kampungnya saat menulis postingan itu.
Tapi dia mesti perhatian. Lumayan fatal untuk kata ‘yang’
tapi dia tulis dengan ‘yg’ saja dalam kalimat ‘yg ini bukan sms cinnn’.
Masing-masing kelompok memilih kakak dampingnya sendiri,
mereka memilih kakak volunteer yang
cantik-cantik. Sebelum memulai games, seorang kakak menjelaskan mekanisme games, peraturan,
sekaligus memilih perwakilan setiap lomba. Perwakilan yang dipilih di games
pertama berbaris rapi di tempat yang disiapkan - (Merdeka Tanpa Rasa Lapar).
Tulisan di atas, yang merupakan review kegiatan perayaan
hariKemerdekaan 17 Agustus kemarin oleh Komunitas Berbagi Nasi, tampak Tari
sudah jeli untuk mencetak miring kata-kata asing yang digunakan dalam
tulisannya. Bagus, nak.
Imam masjid yang datang duduk di depan baki merapalkan doa
sambil memasukkan kemenyan ke dalam dupa yg telah diisi sedikit bara api. Bau
kemenyan akan menyeruak ke seisi rumah, sementara pu’ imam akan memegang baki
secara bergantian sebagai tanda ia mendoakan makanan tersebut. (Mabbaca,
Tradisi Merapal Doa sebelum Ramadan).
Kalau boleh meminta dia harus menuliskan lanjutan dari
tulisan tentang Mabbaca tersebut. Ini karena sebagai pembaca, saya merasa belum
terpuaskan. Mesti diakui, dia berbakat untuk menuliskan sejarah sbeuah tradisi.
Terakhir, saya ingin memuji ia yang cukup dewasa untuk beberapa tulisannya.
Yahh saya jatuh cinta pada (tulisan) nya, Dear Kamu, Wanita yang Sedang
Jatuh Cinta. Ahh perempuan ini yang di tulisannya mengaku sedang jatuh
cinta. Tapi faktanya, sudahlah tak baik menceritakan kisahmu di dunia nyata
di sini. Itu artinya saya berghibah tentang Tari.
Berikutnya, yang saya sukai dari tulisan Tari adalah dia yang berani
menulis kisah fiksi. Mengapa berani? Yak arena bagi saya menulis fiksi adalah kamu
harus andal untuk memiliki imaji yang fantastis, mengembangkannya kemudian
menerjemahkannya ke sebuah tulisan yang apik. Saya belum mampu untuk itu, tapi
lain halnya dengan Tari.
Dari dua tulisan fiksinya, ‘Jangan Membenci Umik’ dan ‘Ibu dan Pohon Halaman Belakang’., sama-sama ia menuliskan tentang Ibu. Bahkan
sekarang ini dia mengaku sedang menulis sebuah cerpen yang lagi-lagi tentang
Ibu, dan masih lagi-lagi berujung tragis. Sama dengan dua cerpennya tentang Ibu
sebelumnya. *ini bukan nge-spoilerkan?
Untuk cerpennya, dia bisa membuatmu terhanyut. Tari bahkan berhasil
membuat saya tetiba menjadi sentimentil untuk cerpen Umiknya. Dia bertutur
mendekati kata sempurna. Berhasil menjebak saya untuk merasakan melankolik,
mengingat Ibu. Termasuk untuk cerpennya yag kedua. Entahlah. Tapi untuk cerpen
yang kedua ini diakuinya bahwa tulisan ini terinspirasi dari saya. Nah loh?
Oh iya, sejam sebelum memulai mereview
blognya, kami sempat mengobrolkan tentang keluarga, Ini tentang orang-orang, siapa saja dia, apapun agama, pendidikan dan
latar belakang, bangsa dan budayanya yang tiap berkisah tentang keluarga mereka
akan sangat sentimental, semacam menjadi melankolis tiba-tiba.
“Mengapa ya setiap membicarakan keluarga, kita tiba-tiba
menjadi melankolis. Apapun itu, bicara tentang mama, bapak, kakak adik,
ujung-ujungnya bakalan bikinki mau menangis?,” tanya saya sore itu setelah
bercerita tentang mimpi saya semalam yang bertemu Bapak.
“Setiap orang pasti begitu. Itu artinya peran keluarga sangat
penting untuk kita. Tidak bisa diingkari. Mungkin karena tanpa keluarga kita
bukan siapa-siapa. Kalau nda ada ibu bapak ta, kita siapa?,” katanya. Jawabannya
memang selalu menenangkan. Termasuk tulisan-tulisannya. Dia dengan masa lalunya, pengalaman, rasanya, isi kepala dan imajinya, semua bisa ia olah sedemikian rupa. Berhasil melahirkan tulisan-tulisan sederhana tapi bisa menyentuh dan menyisakan rasa hingga ke sudut terdalam di hati mu. Tulisannya yang crunchy bisa membuatmu senyum-senyum sendiri. Ataupun untuk beberapa tulisannya yang sentimentil, akan membuatmu mengharu biru sendiri. Dia adalah perempuan pengolah rasa.
Dan untuk tulisannya yang mereview tulisan atau blog orang lain, saya absen. Tak mungkinlah
saya menilai tentang penilaian seseorang terhadap nilai-nilai orang lain. *ahh menulis
kalimat tentang nilai, menilai, penilaian saja saya beribet.
Tapi untuk review ini, saya terbuka untuk segala kritik, tanggapan.
Apapun namanya. Cimiw. Ditunggu.
Ini saat bersama Tari ngetripsuka-suka bergembira Agustus lalu. |
baru dibacaaaaaaa
BalasHapushahahahahahahha
tengkyu reviewnyaaaaaa ;')
HASHTAG OPTION merupakan platform trading Online berbasis di Indonesia.
BalasHapusHanya dengan Deposit 50.000 anda bisa bermain trading.
PILIHAN TRADER #1
- Tanpa Komisi dan Bebas Biaya Admin.
- Sistem Edukasi Professional
- Trading di peralatan apa pun
- Ada banyak alat analisis
- Sistem penarikan yang mudah dan dipercaya
- Transaksi Deposit dan Withdrawal TERCEPAT
Jika anda bingung mencari broker, anda bisa bergabung bersama kami
Dengan modal kecil anda bisa berinvestasi dengan keuntungan hingga 80%
Bersama Hashtag Option trading lebih mudah dan rasakan pengalaman trading yang light.
Proses deposit via transfer bank lokal yang cepat dan withdrawal dengan metode yang sama
Bonus Referral 1% dari profit investasi tanpa turnover......